Parenting, Bagaimana menanamkan Pelajaran Moral, Etika, dan Agama yang menghilang di Generasi Z


Sebagai seorang ibu yang juga berprofesi sebagai seorang dosen, mulai merasa jengkel dengan tingkah laku berbagai mahasiswa/i yang saya ajar. Salah satunya adalah moral dan etika. Generasi jaman sekarang kalau saya nilai merupakan generasi Z (kelahiran tahun 1995 – 2010) yang katanya generasi era jaman digital yang fasih terhadap teknologi, tidak dapat lepas dari internet, multitasking, tapi juga merupakan generasi yang kehilangan penanaman nilai cinta/bela tanah air, cengeng tidak tahan banting, kurang beretika terhadap orang yang lebih tua, teman sebaya serta kepada yang lebih muda, serta kekuatan dasar keagamaan setiap personal berdasarkan agama yang dianut.

Ketiga anak-anakku lahir di era tahun 2001 – 2010, ketiganya termasuk pada generasi Z. Azka kelahiran tahun 2001, Veyzha kelahiran tahun 2006, dan Quintza kelahiran tahun 2009. Kalau dilihat dari ketiga anakku ada unsur Z didalamnya, itu bukan krn mereka lahir di era generasi Z, tapi karena nama ayahnya mengandung unsur huruf Z hehehehe…

Screen Shot 2016-06-07 at 11.56.33

Melihat kondisi yang terjadi di jaman sekarang ini, dalam hati merasa sedih, karena teringat masa kecil aku sekolah dasar di era tahun 80-an, dimana pendidikan moral diimplementasikan kepada anak sekolah berupa : penataran P4 pola 45 jam, 60 jam sampai pola 100 jam, upacara bendera setiap hari besar negara,  pendidikan etika dan beragama diimplementasikan berupa : buku sholat, buku puasa dan ceramah ramadhan,  serta berbagai macam hukuman yang diimplementasikan berdasarkan punish and reward di sekolah seperti : dijemur di lapangan, jalan kodok keliling lapangan, rambut dipotong sebelah kalau kepanjangan (untuk cowok), rok digunting kalau kependekan. serta berbagai macam bentuk hukuman lainnya.

Dan dari pendidikan semacam itulah, secara tidak langsung, ketangguhan, pendidikan moral, etika kepada guru ditanamkan pada anak-anak di generasi sekolah tahun 80-90an. hayoooh yang merasa sekolah di tahun 80-90 an ,,,…ngakuuuu kalo hukuman-hukuman itu berarti banget buat kita-kita saat itu…heheheehhe…

Menghadapi kondisi seperti ini, aku memiliki tantangan sendiri bagaimana menanamkan pelajaran moral, etika, dan agama sendiri kepada anak-anakku (yang termasuk tipe Gen Z), karena kesiapan, ketangguhan, akhlak, anak-anak kita untuk terbang ke dunia persilatan tetap berada di tangan kita sebagai orang tuanya loooh….. admit it 🙂  🙂

saya jadi ingat dengan tulisan dari parenting Dono Baswardono bahwa :

Screen Shot 2016-06-07 at 10.36.09

Nah, berdasarkan ini pula, saya sadar sesadar-sadarnya, bahwa saya dan suami selaku orang tua dari 3 orang anak kami, WAJIB memberikan segala pengenalan, pengajaran, sampai dengan pengimplementasian segala pengajaran kita oleh anak-anak kita di masyarakat.

Beberapa macam cara yang saya pernah coba untuk menanamkan semua hal-hal yang hilang diatas kepada anak-anak adalah :

Mengajarkan bagaimana berlaku sopan dan norma yang berlaku di masyarakat seperti : 

  1. mengantri dengan patuh dan rapi saat akan mengantri makan, mengantri bermain, dan lain-lain.
  2. beretika baik saat berkunjung ke rumah saudara atau saat bermain ke rumah teman, misalnya: mengucapkan salam pada saat masuk ke rumah teman, berpamitan saat pulang, dan membereskan mainan yang digunakan saat bermain di rumah teman.
  3. menghormati orang yang lebih tua, bila mengenal berikan salam dan cium tangan.
  4. kepada teman sebaya berbicara dengan bahasa yang baik, tidak boleh mengeluarkan kata kasar. Anak-anak aku Alhamdulillahnya sampai saat ini tidak terpengaruh dengan kata-kata kasar yang terkadang mereka dengar dari teman atau lingkungan sekitar. Terkadang mereka menanyakan apa maksud dari kata tersebut, dan saya biasanya menjelaskan artinya dan bilang kepada anak-anak kalau itu adalah kata/kalimat yang tidak baik. Penting untuk mereka tahu kata tersebut, tidak menggunakannya dan bertindak bila ada yang menggunakan kata-kata tersebut kepada anak-anak.
  5. sering bercerita tentang bagaimana Indonesia merdeka, cerita tentang kepahlawanan, seperti nonton piala thomas, dan bagaimana mengharumkan nama Indonesia dari berbagai hal
  6. menjadikan anak sebagai teman, biasanya setiap habis anak-anak selesai berkegiatan dan berinteraksi di sekolah atau ditempat lingkungan sambil ngobrol-ngobrol santai saya selalu bertanya apa saja yang mereka lalui hari itu, dan dari situ banyak sekali obrolan-obrolan yang berkembang.
  7. Patuh kepada guru di sekolah
  8. mengajarkan bagaimana adab yang baik untuk berkomunikasi melalui media sosial atau handphone terhadap guru, teman sebaya, keluarga dlsb.
  9. tidak mengajari mengendarai motor sebelum umurnya, tidak memperbolehkan bermedia sosial fb,twitter  dlsb sebelum waktunya kepada anak. Anak paling besar berumur 15 dan hanya punya Line dan instagram aja. Ingin belajar motor, saya suruh dulu masuk dan keluarin motor ke garasi dengan tujuan mengenali berat motor dan dimensi motor (hihihi… )
  10. Adab dan tata cara memasuki masjid. Sholat di masjid, tidak berbuat ribut di masjid.
  11. mengajarkan bagaimana berpendapat dan mengeluarkan pendapat, serta menghormati pendapat yang berbeda.

Screen Shot 2016-06-08 at 06.02.01      Screen Shot 2016-06-08 at 07.12.28

Screen Shot 2016-06-07 at 13.25.10Screen Shot 2016-06-07 at 13.22.34

 

Mengajarkan Hak dan Kewajiban serta tanggung jawab juga punishment and reward, seperti :

  1. mengerjakan Pe-er, adalah kewajiban, dan apa konsekuensinya bila tidak dikerjakan.
  2. membenahi mainan, kamar sendiri, bekas makan sendiri dan lain-lain, dan apa konsekuensinya bila tidak dikerjakan
  3. menyiapkan perlengkapan sekolah berdasarkan jadwal pelajaran yang berlaku, apa konsekuensinya bila ada yang ketinggalan
  4. memberikan reward bila anak mengerjakan semua dengan baik sebagai hak anak karena telah berlaku baik

Hal-hal tersebut saya sampaikan berulang-ulang, dalam keadaan santai, sehingga anak mudah mencerna maksud dari pengajaran yang saya sampaikan. Saya berharap bisa menanamkan sifat gigih dan tidak menyerah serta menjunjung tinggi nilai akhlak dan agama dalam bersikap.

Alhamdulillah, berikut testimoni mengenai tingkah laku anak-anakku (mohon maaf bukan untuk menyombongkan ya 🙂  )

  1. Saat dibawa berlibur dengan grup neneknya ke malaysia dan singapore, mereka semua memuji akhlak anak-anak yang tangguh dan sopan serta tahu bagaimana bersikap di negeri orang lain dan kepada orang yang lebih tua
  2. saat ke mesjid untuk melaksanakan sholat jumat atau sholat wajib lima waktu berjamaah di mesjid, marbot mesjid menyampaikan bahwa anakku sangat tahu adab masuk ke mesjid, sholat mengikuti shafnya dan tidak berlari-lari sebagai mana mestinya anak sebayanya. Untuk hal ini saya sangat bahagia karena saya hanya sering menyampaikan kepada veyzha keagungan rumah Allah dan bagaimana bersikap seperti seorang teman, bukan menggurui.
  3. saat diminta belanja ke tukang sayur, ibu-ibu yang belanja memuji anak sebagai anak yang patuh pada orang tua dan sopan karena menyapa ibu-ibu tetangga yang juga ikut belanja.
  4. di kumon, tempat lesnya, memuji kalo anak-anak tahan banting dalam mengerjakan tugas yang diberikan gurunya
  5. di purwacaraka, tempat anak-anak les nyanyi, guru-gurunya memuji keceriaan anak-anak dan semangatnya pada setiap pentas musik dilaksanakan.
  6. di sekolahnya, anak-anak termasuk anak yang berprestasi, patuh dan sopan terhadap guru serta berani mengungkapkan pendapat
  7. di madrasahnya, termasuk anak cerdas, sudah bisa berdakwah dan dicoba untuk bisa hafidz Al-Quran.
  8. pada saat outbond tidak cengeng dan menikmati rintangan-rintangan

Screen Shot 2016-06-08 at 05.37.15                         Screen Shot 2016-06-07 at 13.22.58

Screen Shot 2016-06-08 at 05.38.13 Screen Shot 2016-06-08 at 05.38.47

Screen Shot 2016-06-08 at 06.04.23                Screen Shot 2016-06-08 at 06.05.47

Screen Shot 2016-06-08 at 05.39.53Kalau dilihat-lihat lagi, sepertinya akan terlihat betapa rese dan ribet ya metoda yang aku ajarin ke anak-anak, tapi, sekali lagi… it’s work. yeaaah!!!

Ketiga anak-anakku memahami, “semakin dewasa kita, akan semakin banyak masalah yang kita hadapi dan kita lalui, dengan begitu akan semakin banyak pengalaman kita. Hal tersebut yang akan membuat kita semakin tangguh menghadapi dunia.” Alhamdulillah anak-anak sampai saat ini bisa dibilang siap menghadapi medan perang di usianya hehehe…”

Begitulah temen-temen cerita dan sharing aku tentang bagaimana aku menanamkan pengajaran yang telah hilang di masa anak-anak aku belajar di sekolah. Untuk menambal kehilangan tersebut, yuk kita coba dari semenjak dini agar anak-anak kita amanah, berakhlak, dan siap kita lepas untuk terbang menghadapi dunia pada saat nya nanti dan semoga ajaran kita bisa terus dibawa sampai mereka dewasa dan tua nanti. Aamiin.

 

🙂   🙂  🙂

 

 


Leave a Reply